Sabtu, 11 April 2015

Pergilah

Saat kamu memintaku untuk menjauh. Ada rasa sedih yang tidak bisa lagi ku bendung. Ada rasa marah dan kecewa yang tidak bisa lagi ku tunjukkan. Aku kembali pulang dan tertidur dalam pelukan airmata yang tak lagi basah. Isakan tangis yang tak lagi bisa kau dengar, menambah kopong hatiku.

Pakaianku adalah pakaian-pakaian yang kekurangan bahan. Auratku bebas dipandang oleh siapapun. Rambutku tidak berwarna hitam pekat, sengaja ku beri warna yang menyala saat terakhir ke salon. Ada tindikan lebih dari satu di telingaku. Juga ada dua tatto di bagian belakang leher dan lengan atas. Aku memang berbeda dengan perempuanmu yang sekarang, sayang.

Pergilah jika memang kamu enggan untuk bertahan. Aku tidak bisa lagi menahanmu lebih lama. Sekarang atau lusa, perih lukanya akan terasa sama. Bukankah lebihbaik aku melepasmu lebih cepat?

Perempuanmu itu hebat. Bisa membuatmu tak lagi pedulikan aku. Bisa membuatmu kehilangan alasan-alasan yang dulu kamu pakai untuk mempertahankanku tiap kali aku ingin beranjak pergi. Bisa membuatmu menjadi tega menyuruhku pergi dan menghilang.

Berbahagialah, sayang. Karena aku pun telah bahagia melepasmu dengan perempuan baik itu. Berlarilah bersamanya. Karena aku pun akan berlari menjauh darimu, sejauh yang aku bisa.

Masa lalu (?)