Seminggu sebelum pergantian tahun, biasanya banyak banget nih anak kantoran yang ambil jatah cutinya untuk menikmati long weekend. Ada yang ambil cuti untuk me-time dirumah, tidur guling-gulingan sampai ngga mandi seharian, baca novel ditemani cokelat panas, atau nonton film dibawah selimut dan ruangan yang gelap. Dan ada juga yang ambil cuti untuk jalan-jalan jauh ala-ala backpacker.
Kalau minggu lalu aku sudah puas ngedate dengan air laut, kali ini aku menjadwalkan diriku sendiri untuk ngedate dengan hutan. Sama-sama alam, biar ngga iri. Hahahaha
Bicara mengenai hutan, wajib banget nih untuk datang ke wilayah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupetan Lebak, Rangkasbitung, Banten. Wilayah yang merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng dengan ketinggian 300-600mdpl tersebut mempunyai topografi berbukit dan bergelombang. Di tempat ini dihuni oleh orang-orang Kanekes atau yang biasa kita kenal dengan Orang Baduy.
Pertengahan Desember kemarin, tepatnya setelah pulang dari liburan ke Pulau Pari, aku dan beberapa teman membuat wacana liburan bersama. Kami semua sepakat untuk pergi ke Baduy pada tanggal 24 Desember 2017. Berawal dari Delapan orang yang ada di grup chat, mengerucut sampai akhirnya hanya tersisa tiga orang yang siap untuk berangkat. Karena kurang ramai, akhirnya ada yang mengajak teman kampusnya dan aku mengajak adik perempuanku.
Setelah kami berlima berkumpul di stasiun Tanah Abang pada minggu pagi di tanggal 24 Desember 2017, kami berangkat dengan mengambil jadwal pemberangkatan jam setengah 7 pagi menuju stasiun Rangkasbitung (Tiket kereta Rp. 8.000,- dengan tambahan deposit sebesar Rp. 10.000,-).
Meskipun menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam dalam keadaan berdiri karena tidak dapat tempat duduk, kami berlima masih semangat dan excited.
Begitu sampai di stasiun Rangkasbitung, kami menikmati sarapan pagi di pasar yang letaknya tepat didepan stasiun Rangkasbitung. Nah, teman-teman harus hati-hati sekali ya disini, jangan terbawa nafsu mendengarkan tawaran-tawaran sewa mobil angkutan di pasar ini. Karena banyak sekali bapak-bapak supir yang memanfaatkan para pengunjung untuk mencari keuntungan. Mereka menawarkan tumpangan sewa angkutan sebesar Rp. 400.000,-/5orang atau PP sebesar Rp. 600.000,-/5orang, untuk sampai ke Terminal Ciboleger, dengan alasan akses menuju kesana adalah tanjakan.
Sedangkan kalau kami naik angkutan umum biasa, kami hanya mengeluarkan uang sebesar Rp. 30.000,-/orang untuk sampai ke Terminal Ciboleger. Dengan rincian; Stasiun Rangkasbitung – Terminal Aweh Rp. 5.000,-/orang (Mobil angkutan warna merah nomor 07) dan Terminal Aweh – Terminal Ciboleger Rp. 25.000,-/orang (Mobil elf). Untuk teman-teman yang biasanya mual menggunakan mobil, wajib banget menyiapkan kantung plastik, ya. Karena akses menuju Terminal Ciboleger sungguh menakjubkan (dalam arti, jalannya menanjak, meliuk dan isi mobil elf akan penuh sesak dengan penumpang).
Transportasi dari Terminal Aweh menuju Terminal Ciboleger hanya bisa menggunakan mobil elf, dan mobil inipun jarang sekali. Maksimal keberangkatan hanya sampai jam 12 siang atau kalau sedang beruntung jam 1 siang. Kami kemarin sampai di Stasiun Aweh jam 10. Jadi masih aman, hehe.
Begitu sampai di Terminal Ciboleger, aku dan teman-teman janjian dengan orang Baduy luar bernama Kang Emen. Beliau yang nantinya akan menemani dan menuntun kami untuk sampai ke Baduy dalam. Dari beliau juga kami mendapatkan banyak cerita dan informasi mengenai Baduy Luar dan Baduy dalam, termasuk perbedaannya. Kang Emen tidak mematok harga pada saat memandu kami, cukup dengan harga seikhlasnya. Tetapi menurut informasi yang didapat, biaya untuk dipandu oleh orang baduy, ada di kisaran Rp. 100.000,- s/d Rp. 150.000,-. Hati-hati dengan calo, karena bisa sampai Rp. 200.000,- (Ini menurut teman sepenumpangan yang duduk disampingku.)
Dari Terminal Ciboleger, Kang Emen mengajak kami berjalan masuk ke dalam kawasan desa Ciboleger (Baduy Luar), tempat tinggal Kang Emen. Untuk masuk kawasan Baduy, kami hanya membayar simaksi sebesar Rp. 4.000,- dan mengisi data. Kemudian berjalan menuju rumah Kang Emen yang tidak begitu jauh, untuk singgah. Kemudian setelah sholat Dzuhur, kami semua siap-siap untuk berangkat menuju Baduy Dalam.
Baduy itu mengajarkan bagaimana cara mendapatkan sesuatu itu ngga mudah, harus ada usaha yang dilakukan terlebih dulu.
Kalau teman-teman memang ingin menikmati perjalanan tanpa menanggung beban bawaan, teman-teman bisa menyewa porter yang harganya di kisaran Rp. 30.000,- s/d Rp. 50.000,- Orang-orang disini super strong sih menurutku. Terutama yang masih kecil-kecil. Mereka luar biasa bikin aku jatuh hati.
Perjalanan menuju Baduy Dalam tuh luar biasa keren. Sepanjang perjalanan, kami melewati desa-desa baduy luar yang penduduknya membuat kami merinding penuh syukur. Mereka ramah dan mudah senyum. Banyak anak-anak kecil bermain dengan mainan yang mereka hasilkan dari alam. Dan senyum mereka berhasil membuat kami ikut bahagia.
Di setiap perjalanan pasti ada pembelajaran, dan pembelajaran yang bisa diambil dari perjalanan kemarin adalah “Nahan boker 2 hari itu ngga gampang dan yang katanya megangin batu kerikil bisa nahan eek, ternyata itu MITOS”.
Meski banyak melewati kampung; Kampung Gajebo, Cicakal, Marengo, Balimbing, Cipondok, Cibungur, jangan harap bertemu kamar mandi seperti di kota. Kamar mandi disana hanyalah kamar mandi sederhana yang hanya digunakan untuk mandi. Kalau mau buang air besar, ya kayak kalau lagi naik gunung, gali tanah, hahaha. Atau kalau ada sungai, ya disungai. Tapi amat sangat jarang melewati sungai.
Capek! Tapi kalau disuruh kesana lagi, gue mau. Belum puas kalau belum mandi di kali.
(Yonanda F. Istokri, si paling bocah yang baru pertama kali diajak main jauh sama kakaknya)
Capek memang berjalan 4 jam menapaki jalan bebatuan. Tapi pasti bahagia kalau sudah sampai di tujuan.
Sayangnya, aku dan teman-teman terpaksa hanya sampai desa terakhir Baduy Luar karena dua dari lima personil kami, sudah tidak sanggup melanjutkan perjalanan. Meski hanya tinggal satu jam dari total perjalanan kalau ditempuh jalan santai.
Kami memutuskan menginap dirumah salah satu penduduk. Sepanjang sore menuju malam, kami bermain dengan anak laki-lakinya yang masih kecil. Menjawab sapaan para pengunjung yang sedang melanjutkan perjalanannya ke Baduy dalam. Mengambil banyak foto tiap kali ada anak kecil dari suku Baduy Dalam yang lewat. Mereka baik, ramah dan membuat kami terus bersyukur setiap kali melihat senyum mereka.
*(Teman-teman boleh banget nih menyiapkan jajanan untuk diberikan ke anak-anak suku Baduy tiap kali ingin mengajaknya berfoto. Teman-teman akan merasakan langsung timbal balik kebahagiaan yang mereka berikan, melalui senyum dari rasa terimakasihnya.)
Logistik yang wajib dibawa adalah beras dan ikan asin. Kenapa harus ikan asin? Kenapa bukan Ayam? Karena menurut informasi yang aku dapatkan, ayam merupakan makanan mewah yang biasa mereka makan kalau sedang ada acara (upacara) adat. Maka dari itu, amannya bawa nasi dan ikan asin. Kalau tidak doyan ikan asin, bagaimana? Kalian boleh bawa tambahan indomie dan sarden, kok. hehehe.
Kalau kalian sudah kecanduan menggunakan gadget selama di kota, disinilah tempat terapi paling ampuh, terutama di Baduy Dalam. Selain memang sudah ada peraturannya untuk tidak menggunakan alat elektronik dalam bentuk apapun, di Baduy tidak ada listrik sama sekali. Gelap. Sepi. Dan, tenang.
Pagi di Baduy seperti halnya di gunung, dingin. Wajib banget bangun pagi yaa, karena udaranya benar-benar luar biasa segar. Tarik nafas-buang nafas-tarik nafas. Yakin deh, tinggal sebulan aja di Baduy, teman-teman pasti sehat banget.
Untuk yang biasa sarapan pagi dengan gorengan, tenaaaang… ada ibu-ibu yang keliling berjualan aneka gorengan (bakwan, tahu, pisang dll) dengan harga Rp. 2.000,-
Sayangnya saat sudah mulai ‘betah’ tinggal di Baduy Luar dengan segala hal-hal yang menakjubkan, kami terpaksa harus bertolak ke Jakarta lagi. Belum puas memang rasanya. Dan, aku bertekad untuk kembali lagi, entah kapan nanti.
Kalau tidak ingin tertinggal mobil elf yang memang hanya beroperasi sampai jam 1, teman-teman harus sudah siap turun jam 8 pagi ya. Karena waktu yang akan ditempuh selama turun bisa sampai 2 jam lebih.
Baduy tempat dimana kita bisa menemukan banyak alasan untuk tetap bersyukur. Bahwa segala hal yang kita miliki belum tentu dimiliki oranglain. Bahagia itu sederhana.
(Yolanda A. Istokri, yang hobby dengerin wenti ngoceh sepanjang jalan)
Terimakasih Bapak, Ibu dan dek Dodi. Sudah diterima dengan baik selama semalaman menginap. Disiapkan makan sore dan makan pagi. Disuguhkan pemandangan keluarga yang harmonis.
"Kesan-kesan selama di Baduy, gue ngerasain hal yang beda dari hidup gue. Berawal dari rasa ketakutan ngga bisa beradaptasi hidup disana, dengan kondisi jauh dari kata 'layak' menurut gue ya dan dengan dipaksa temen gue buat ikut ke Baduy. Singkat cerita pertama kali datang ngeliat sikon yang ada tuh rasanya mau ngeluh tapi ngga boleh, mau nangis tapi ngga bisa, dan bahkan mau pulang tapi impossible banget ya udah akhirnya jalanin aja. Canggung nginjekin kaki di tempat kaya gitu, no listrik, no signal, no makanan enak semuanya serba sangat sederhana. Dari perjalanan masuk dari desa pertama hingga desa terakhir itu buat gue speechless banget sih, ngga nyangka Tuhan ciptain alam ini bener2 indah dan masih bisa manusia hidup dengan kondisi alam yg seperti itu. Masyarakatnya baik, makanannya juga ya bisa ngenyangin, tanahnya sangat subur. Satu pelajaran yang bisa gue petik, hidup jangan terlalu banyak nuntut ini itu, syukuri apa yang Tuhan kasih." (Riri, Anak nelangsa yang di paksa ikut dan akhirnya ketagihan)
Take picture!
Wih, seru ya kak. Jadi pengen main ke baduy jugaaak hehe
BalasHapusAyuk kapan-kapan kita main ke Baduy bareng. Aku ada rencana buka open trip nih kak, hehehe.
HapusKapan rencana ke Baduy lagi karena?
HapusReviewnya jadi makin penasaran bgt sama baduy dalam., jadi pgn cepet2 kesana.,
BalasHapusBtw kapan itu opentripnya kak., info2 ya di blognya
-dilan1995
tinggalin kontak personnya aja. nanti kalo udah fix buka open trip, aku kabarin langsung :)
HapusKalo ga pake guide bisa tidak yaa?
BalasHapusKalo ga pake guide bisa tidak yaa?
BalasHapusmaaf, saya sedang hiatus dari blog. bisa kok kak tanpa guide. kemarin banyak juga kok yang tidak pakai guide :)
HapusKak, itu memang sudah janjian dengan kang emen sebelum ke Baduy ya? Atau gimana?
BalasHapusiya. sudah janjian dari beberapa minggu sebelum ke baduy. kalau mau kontaknya, bisa hubungi penulis di IG ya @ndaaagista
HapusKak, itu memang sudah janjian dengan kang emen sebelum ke Baduy ya? Atau gimana?
BalasHapuspengen kontaknya kang emen dong kak.. pengen jalan jalan juga ke baduy..
BalasHapusboleh banget, kak. silahkan hubungi penulis di IG ya @ndaaagista terimakasih :)
HapusCr menghub kang emen bgmm
BalasHapussilahkan dm di ig saya kak. nanti saya kasih kontaknya :)
Hapuskak, jadi buka open trip kah?
BalasHapusKami senang bisa membantu perjalanan anda menuju baduy,
BalasHapushttps//baduytraveler.blogspot.com
Yuk kak kebaduy, hehehe
BalasHapus