Pengarang : Syeren
Wijaya
Penerbit : PT Grasindo
Diterbitkan,
pertama kali : Jakarta, 2014
Cover Design : Sapta P. Soemowidjoko & Ivana PD
Cover Design : Sapta P. Soemowidjoko & Ivana PD
Tebal : 146 hlm, 20
cm
ISBN :
978-602-251-327-8
Sinopsis :
Retak…
Dunia seakan terbalik, membanting lo ke jurang terdalam yang tandus dan membuat lo hancur berkeping-keping. Hidup seolah tanpa harapan, tanpa masa depan.
Dunia seakan terbalik, membanting lo ke jurang terdalam yang tandus dan membuat lo hancur berkeping-keping. Hidup seolah tanpa harapan, tanpa masa depan.
Lo harus berjuang melihat di
kejauhan, bahwa ada sinar yang siap menyambut lo di ujung sana.
Pertanyaannya, lo mau apa tidak
mendatangi sinar itu???
Karena hati lo yang tersayat, trauma
yang menggila, dan segala prasangka buruk yang mendera... menjelma menjadi
setumpuk rintangan yang menghalangi langkah lo.
Jadi… APA TINDAKAN LO?
you
dont have to respond to any negative voice.
just stay on the high road and let God fight your battles.
For you.
-Joel Oesteen
just stay on the high road and let God fight your battles.
For you.
-Joel Oesteen
Novel terbitan tahun 2014 ini, sukses
bikin waktu bacaku jadi berantakan parah. Aku pikir dengan ketipisan
novel ini, bisa diselesaikan dalam waktu satu hari plus udah termasuk ocehanku. Tapi, nyatanya? Hanya ekspetasi
belaka.
Kenapa lama? Karena bab-bab awal
bener-bener bikin aku frustasi parah. Bosen banget bacanya. Tadinya udah males
banget buat ngelanjutin, karena kuramal novel ini pasti akan membosankan sampai
bab akhir nanti. Sampai akhirnya, setelah ku tutup beberapa hari dan
mengerjakan pekerjaan yang lain, kupaksakan untuk melanjutkan kembali.
Langsung hilang selera ketika
langsung disuguhkan laki-laki yang modelnya kayak Stefan. Ganteng dan baik tapi
aneh. Dua definisi yang mungkin akan masuk daftar kriteria seorang
perempuan dalam mencari pacar. Toleransinya, mungkin akan biasa saja kalau
definisinya hanya laki-laki ganteng dan baik, karena faktanya sangat banyak laki-laki
ganteng dan baik. Tapi ‘baik’ dalam
definisi si Stefan, menurutku terlalu berlebihan dan agak maksa.
Tambah frustasi ketika disuguhkan
candaan yang jayus garing dan standar abis. Heran sih, kalau dengan
bercandaan kayak gini udah bisa bikin tokoh disini ketawa-ketawa terpingkal
gitu. Karena beneran deh, aku aja malah berulang-ulang mengerutkan jidat karena
merasa awkward.
Lalu, ketika salah satu tokoh sahabat
Ayes meninggal, aku sama sekali nggak bisa ikutan sedih loh. Malah justru nanya dalam hati
sendiri, ini adegan orang meninggal kok malah kayak adegan lawak ya? Dua tokoh
lain tiba-tiba sibuk sendiri dari pagi mencari kabar tokoh yang meninggal ini,
lalu sorenya udah dapet kabar tokoh ini meninggal. Apalagi ketika si tokoh
utama nangis berlebihan dan nggak nyampe di aku rasa sedihnya.
Dan malah jadi lawak.
Rasanya pengen udahan aja lah ini
bacanya. Tutup buku. Terus ganti novel lain untuk dibaca. Tapi justru
kepikiran, karena rasanya ngga tega, udah memulai suatu cerita eh malah ngga diselesaiin. Kayak udah
ngambil piring, terus pas lihat lauk dan sayuran yang ada, ngga begitu suka, dan
ketika dipaksain malah justru bikin mood makan hilang, tapi sayang ngga
dihabisin. Ya seperti itulah…
“jangan mengambil segala sesuatu dari
sisi negatifnya saja; kita harus belajar melihat ke depan.”
(Page of 121)
Sampai pada akhirnya sedikit harapan
muncul pada halaman ke sekian, ketika Ayes mendoakan keluarga baru Ayahnya
didepan rumah Ayahnya. Berdoa dengan kepedihannya, menurutku nggak pernah mudah berada di posisi Ayes yang seperti ini. Apalagi sudah mendapat sikap yang tidak baik dari Ayahnya sendiri. Meskipun pada
akhirnya terungkap alasan sikap Ayahnya yang seringkali berubah-ubah.
Ah, ternyata harapan palsu. Ketika
sedang berharap tinggi-tinggi, lagi-lagi aku dijebloskan kedalam halaman yang…
ah entahlah.
Sampai di pertengahan, lupa di
halaman berapa, baru sadar kalau banyak kata-kata yang nanggung dan sedikit
mengganggu. Tentang konsistensi penggunaan kalimat tidak, nggak dan tak. Di kalimat awal menggunakan kata ‘tidak’, di kalimat berikutnya menggunakan kata ‘nggak’ lalu di kalimat selanjutnya menggunakan kata ‘tak’.
Kemudian, setelah kata tidak, nggak dan tak yang menggangu, muncul lagi kata baru yang menggangu. Di
halaman sekian, tentang konsistensi aku-kamu dan
gue-lo cukup bikin aku mengernyit
aneh. Mungkin kalau jalan ceritanya lebih bagus lagi, kesalahan seperti ini
nggak terlalu kelihatan kali ya? Tapi
karena dari awal udah menilai ceritanya biasa banget, jadi sensitif dengan
kesalahan-kesalahan kecil seperti ini.
Dan, Ayes ini
tipe cewek labil yang super parah sih. Di lain hari, dia bisa jadi cewek yang
super absurd dan childish, di lain hari kemudian, dia bisa berubah jadi sosok
cewek yang bijak dan dewasa banget. Di lain sisi, dia nolak mati-matian
seseorang, di sisi berikutnya tiba-tiba terkesan lupa dengan secepat kilat.
Karakter tokohnya menurutku nggak ada yang sangat kuat, semuanya biasa aja.
Bahkan Livi yang tadinya sempat ku favoritkan, jadi biasa aja.
But, nilai plus
nya, aku jatuh cinta banget sama covernya. Simple dan menarik! Love it!
Quotes terfavorit:
“Kalau Tuhan udah buka jalan, nggak
akan ada satu manusia pun yang bisa menghalangi. Kalau Tuhan ngga ngizinin, mau
dengan cara apapun juga nggak akan bisa.” (Page off 31)
“Mungkin kita bisa punya teman yang
baik banget, super lucu, super care, tapi click
is the key. Kalau kita tidak klik sama orang itu, buat gue itu bukan real
friendship.” (Page of 38)
“Cowok itu ibarat gas dan kita itu
rem, jangan sampai posisinya kebalik. Kita yang harusnya mengontrol kapan kita
harus stop dan kapan kita harus membiarkan dia ngegas untuk berjalan terus
deketin kita.”
(Page of 43)
“If he wants you, biar dia yang
berjuang, lo tetep aja pikirin kesibukan dan memaksimalkan kapasitas diri
supaya lebih baik lagi dan supaya siapa pun nggak akan menganggap lo itu
gampangan.” (Page of 46)
“Pakai barang branded nggak akan
bikin otak jadi tambah cerdas juga, kan?
Yang penting itu kita nyaman. Tampil itu harus, tapi penampilan bagus itu
tergantung bagaimana cara kita berpakaian dan membawa diri.” (Page of 65)
“Lo kira ikut Tuhan itu mudah? Pada
saat lo memutuskan untuk bertobat dan maju ke jalan yang benar, di saat itulah
ujian mulai datang menghampiri, di situlah Tuhan mau tau apakah lo masih
bergantung sama Dia atau dengan kekuatan sendiri. DI saat itulah Tuhan menguji
kesetiaan lo.” (Page of 121)
“Terkadang kesalahan orang adalah
mempersulit sesuatu yang sudah sulit, padahal itu sudah terjadi.”
(Page of 121)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar