Jumat, 27 Februari 2015

Dear, Peri Langit..

Saat aku menulis surat ini, aku dengan sengaja memutar lagu miley cyrus--I thought I lost you. Tidak tahu kenapa jadi keingetan kamu.

Nobody listens to me
Don't hear a single thing I've said
Say anything to soothe me
Anything to get you from my head
Don't know how I really feel
The faith it takes to make like I don't care
Don't know how much it hurts
To turn around like you were never there
Like somehow you could be replaced
And I could walk away from the promises we made
And swore we'd never break
I thought I lost you when you ran away to try to find me
I thought I’d never your sweet face again.
I turned around and you were gone and on and on the days went
but I kept the moments that we were in
'Cause I hoped in my heart, that you would come back to me my friend
And now I got you, but I thought I lost you!

Rabu, 25 Februari 2015

Kamboja, untukmu

Dear, lelakiku yang hebat..
Bagaimana kabarmu disana? Baik-baik sajakah? Bagaimana lukamu atas perpisahan kita? Apakah sudah mengering? Apakah kamu sudah dapatkan kehangatan yang sejati?

Sebenarnya, aku tidak ingin bertegur sapa lagi padamu, lewat surat sekalipun. Tapi rasanya, semenjak Januari terlewat begitu saja, aku jadi sering tak karuan. Aku sering tiba-tiba jatuh pada kenangan kita. Aku sering tiba-tiba terpejam, lalu menangis. Tak jarang pula, aku tiba-tiba menyebut namamu. Dan saat itu tiba, aku seperti ingin berlari kerumahmu. Menemuimu dan tenggelam dalam rengkuhanmu.

Aku masih menjadi wanita cengeng. Masih sama seperti saat kamu pergi. Masih sering salah paham pada Ayah. Masih sering membangkang pada Mama. Masih sering mengabaikan kedua adikku. Maafkan aku yang tak menjaga pesanmu.

"Mama sama Ayah itu orang baik, mbak. Jangan nakal ya, mbak. Karena mbak harus jadi contoh yang baik untuk adik-adiknya mbak." Ucapmu begitu ringan, dengan permen yang masih kau simpan dalam mulutmu.

Minggu, 22 Februari 2015

Keluarga Baruku, Reuni Akbar

Dari pertengahan Januari, saya harus pintar-pintar membagi waktu dari kerja, kuliah dan rencana reuni akbar. Apalagi kuliah saat itu sedang UAS. Lebay? Terserah lah mau nilai tulisan ini gimana.

Bersyukur bahwa saya masih diingat oleh alumni-alumni lain dari angkatan di bawah saya. Meskipun katanya, mencari kontak dari angkatan saya itu bukan hal yang mudah. Berita reuni baru sampai kepada saya di pertengahan Januari, sedangkan rencana ini di adakan dari bulan November. Terbayang bukan, bahwa mereka baru dapat menghubungi angkatan saya setelah sudah pertengahan jalan.

Ini merupakan tugas saya memang. Mereka meminta bantuan untuk menghadirkan angkatan saya. Tidak mudah memang. Saya harus menyebarkan undangan. Pulang malam saya jalankan, keliling dari rumah yang satu ke rumah yang satunya lagi. Mencari kontak yang telah lama hilang. Juga bolak-balik menghubungi nomor ponsel teman-teman angkatan saya. Dari penerimaan yang baik, sampai yang kasar, sudah saya terima. Rela dianggap sok kaya dari mereka yang tidak punya hati. Saya telan bulat-bulat. Saya percaya Tuhan akan beri jalan untuk suksesnya acara kami ini.