Aku terbangun dengan perasaan baru yang kumiliki. Perasaan lain diluar rasa
cinta dan sayang yang kupunya, tetapi masih untukmu. Perasaan benci yang tak
bisa ku jelaskan padamu, didepanmu. Aku masih sulit menerka, seberapa besar
rasa benciku padamu. Rasa benci yang selalu bisa kau gagalkan dengan hanya
menatap mataku. Selemah inikah perasaanku, meski luka telah menguatkan hatiku.
Pernahkah kamu berpikir, sayang. Bahwa mendua bukanlah keputusan paling
baik untuk menghilangkan rasa lain di hubungan kita? Rasa lain yang kau sebut
sebagai rasa jenuh itu. Rasa lain yang membuat hatiku terluka. Rasa lain yang
membuatmu membenarkan kesalahanmu.
Tahukah kamu, sayang? Bahwa aku mati-matian menahan egoku untuk tidak
berpaling darimu, dari ketidakpunyaan banyak hal didalam dirimu? Aku bertahan
denganmu dengan rasa cinta yang selalu kubangun di setiap pagi dan selalu ku
pupuk di setiap malam.
Tak lagi kutemukan bahagiaku pada dirimu. Meski, cinta ini masih luar biasa
besarnya untukmu.
Jika mendua adalah bahagiamu, mungkin berhenti adalah bahagiaku.