Kamis, 12 September 2019

Review Buku : Give Me A Wing (Cerita Cantik)



Judul Buku : Give Me a Wing (Cerita Cantik)
Pengarang : Momo Tachibana
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Diterbitkan, pertama kali : Jakarta, 2003
Diterbitkan, pertama kali : Japan, 2000
Ilustrasi : Hadzuki Arai
Editor : Uvi
Tebal : 193 Halaman
ISBN : 979-20-4572-4

Sinopsis :

Hatano meninggal dunia. Menurut kami, ia bunuh diri karena digencet. Itu kenyataan yang tak pernah muncul dalam mimpi ataupun gurauan kami. Namun, Takishita dan Tsubaki, biang kerok penggencetan yang terjadi di sekolahku, sama sekali tidak merasa bersalah.

Oh, kenapa Hatano menitipkan sepucuk surat untukku di samping surat wasiatnya? Kenapa mesti aku? Padahal kami kan berteman biasa saja, tidak terlalu akrab. Apa sebetulnya yang diinginkan cowok malang itu? Bagaimana perasaannya ketika ia memutuskan jalan kematian?

Ternyata bukan cuma masalah sekolah. Di rumahku pun tak ada kedamaian sama sekali. Mama cuma bisa menangis, memikirkan isu perselingkuhan Papa. Kenapa Papa jarang pulang ke rumah? Apakah perceraian merupakan jalan terbaik yang harus mereka tempuh? Oh, andai aku punya sayap, aku ingin terbang ke angkasa...

“Manusia adalah makhluk yang mesti tenang.”
Page of 27

Alur yang membingungkan. Karena berganti-ganti kasus, antara kasus perceraian orangtua Kyoka dan kasus bullying di sekolah Kyoka.

Seharusnya kasus perceraian orangtua Kyoka ditiadakan saja. Karena memang lebih dominan kasus bullying, sehingga pesan moral dalam kasus perceraian ini tidak sampai ke saya sebagai si pembaca.

Pesan moral tentang bullying tersampaikan dengan baik. Dimana memang tidak ada alasan apapun yang membenarkan adanya penggencetan (bullying), baik terhadap perempuan maupun laki-laki. Kita harus memiliki keberanian untuk melawan bullying di manapun dan kapanpun.

Quote-able :

"Memang berat menjalani hidup yang keras. Tapi jangan bunuh dirimu yang sesungguhnya."
(Page of 31)

"Kalau selalu melarikan diri, kamu tak akan pernah memulai sesuatu."
(Page of 97)

"Mengubah penyesalan, yang sudah tidak bisa diapa-apakan lagi, menjadi sebuah pertobatan."
(Page of 176)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar