Sabtu, 08 Mei 2021

Review Buku : Mr. R

Judul Buku : Mr. R
Pengarang : Asrini Mahdia
Penerbit : -
Diterbitkan, pertama kali : 2010
Tebal : 225 Halaman, 20 cm
ISBN : -

*** 

Selalu dan selalu.
Semua hanya akan menjadi imaji.
Saya tetap tidak menemukannya.
Dia tetap menghilang,
meskipun saya merasakan jarak saya dengannya begitu dekat.

Hati saya begitu dekat.

Tapi mengapa Tuhan tidak pernah memberi kesempatan?

page of 86

***

Buku yang diterbitkan tanpa Penerbit dan ISBN ini, saya dapat di warung buku bekas langganan. Dengan ilustrasi sampul yang simple membuat saya penasaran dengan cerita didalamnya. Apakah jalan ceritanya dibuat tanpa kerumitan? Atau apakah karakter-karakternya dibuat dengan beda? Maka akhirnya, dengan senang aku membawanya ke kasir untuk menukarnya dengan uang yang kupunya. 

Sesampainya dirumah, ternyata buku ini kalah saing dengan buku-buku lain yang kudapat dari berbagai bazar buku. Beberapa tahun setelah buku ini tergeletak begitu saja di rak buku, akhirnya tahun ini selesai sudah kubaca. Dan, yaaa cukup kecewa sebenarnya.

Deskripsi yang menjelaskan tentang karakter si Rien ini, terkesan sangat berlebihan dan tidak sesuai dengan nalarku setelah menyelesaikan 200 halaman buku ini. Sebagai sesosok penulis perempuan yang katanya mempunyai pemikiran open minded dan cerdas juga berani mengungkapkan pendapat, justru terpatahkan dengan isi dari blog pribadinya, yang terkesan payah, berantakan dan bodoh.

Kalau memang Rien, adalah perempuan yang berani mengungkapkan pendapat, mengapa dia bertahan dengan Surya, padahal jelas dia berkali-kali mengeluh sudah tidak sanggup menjalankan hubungannya dengan Surya? Sebagai perempuan cerdas dan independent, seharusnya dia berani mengambil keputusan baik dalam hidupnya mengenai hubungan tidak sehatnya dengan Surya, meskipun Ayahnya yang meminta dia untuk mempertahankan hubungannya.

Kalau Rien bukan wanita sembarangan yang mudah terayu oleh godaan kaum Pria—seperti yang digambarkan pada halaman-halaman awal, mengapa di bab berikut-berikutnya, dijelaskan bahwa Rien termasuk perempuan yang tiap tahun berganti-ganti pasangan. 

Kalau Rien adalah perempuan yang tenang, mengapa dia selalu terbakar emosi setiap kali berhadapan dengan Denies—laki-laki yang memang mengejarnya? Bukankah sebagai perempuan tenang yang cerdas dan juga open minded, harusnya paham betul bagaimana menghadapi Denies? Sedangkan Denies pun tidak melakukan hal-hal aneh yang berlebihan, hanya sebatas mengagumi dan memang menyayangi Rien dan sedang berusaha bagaimana bisa berinteraksi dengan Rien.

Kalau Rien digambarkan menjadi perempuan cerdas yang tegas, seharusnya dia bisa mencari kata-kata yang lebih baik ketika menolak Denies ketika ia bertemu Denies di Paris. Juga seharusnya bisa sepenuhnya melepas Surya, ketika dia akhirnya mengakhiri hubungannya dengan Surya, setelah beberapa kali bersikap labil dengan seringkali meminta putus tetapi akhirnya kembali lagi.

Hanya yang masuk akal lah, yang akan berumur panjang.
Filsuf Pierre, page of 29

Selain semua karakter Rien yang akhirnya patah, banyak sekali koreksi di sebanyak 200 halaman ini. Dari mulai typo kurang atau lebih ketik, salah penyebutan nama, adanya tanda baca yang membuat aku tidak nyaman saat membaca.

1. Banyaknya kalimat yang menggunakan tanda titik banyak (…) ditengah kalimat, pada halaman 14, 17, 26 dan seterusnya di sepanjang 200 halaman.

2. Terdapat typo pada halaman 12, seharusnya “Akan ada kiriman”, tetapi di buku tertulis “Aka nada kiriman.” Dan beberapa typo lagi di halaman-halaman berikutnya.

3. Salah penyebutan nama di halaman 46, seharusnya “hubungan Rien dengan Surya.”, tetapi di buku tertulis “hubungan Rien dengan Denies.” Dan berulang pada halaman 102. Juga pada halaman 188

4. Tidak merapikan justify; rata kanan-kiri, pada halaman 81.

5. Adanya pengulangan kalimat. Pada halaman 155 dengan halaman 182, ketika menjelaskan betapa Ryan seperti terlihat lebih nerd dan freak, dibanding Denies karena dengan usianya yang sudah cukup dewasa Ryan masih begitu terlihat kekanak-kanakan dengan menggambar superhero aneh-aneh. Lalu pada halaman 154 dengan halaman sebelumnya (bookmark hilang), yang menjelaskan bahwa secara penggambaran, Ryan itu seperti percampuran antara Anang Hermansyah dengan Baim Wong tetapi dengan kulit yang lebih hitam dan postur tubuh kurus seperti Raffi Ahmad.

Hatinya ingin menangis.
Namun yang ditunggunya, tak kunjung datang.
Padahal, sudah lelah dia mencintainya.

page of 4

 

Dari sederet kekurangan buku ini, secara garis besar, tema cerita yang diangkat sebenarnya cukup menarik. Meskipun sudah terlalu banyak penulis yang membuat cerita seperti ini. Tapi dengan sedikit dibumbui oleh penantian yang cukup lama, luka yang sedemikian, konflik competitor usaha keluarganya, juga kebencian dan kejahatan mantan kekasihnya, cerita ini cukup memberikan ke-le-ga-an dan sedikit penghiburan.

 
 
 
btw, gue cari blog punya Rien, udah ngga ada. hehehe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar