Jumat, 31 Desember 2021

Luka Duka Suka

 
Pernahkah dirimu bertanya dalam malam pekat?

Bagaimana proses membuat luka yang dulu mencekat, berakhir menjadi sahabat?

Atau bagaimana proses membuat bahagia yang dulu tersekat, tiba-tiba mendekap erat?

Bisakah kau temukan jawaban hanya dalam waktu singkat?

Bisakah kau menebak, bagaimana bahagia itu didapat?

Atau menebak, bagaimana luka itu pergi tanpa syarat?

***

Tahukah bagaimana luka sayat yang masih terbuka lalu kemudian disiram dengan air panas? Perih bukan? Ya, begitulah rasanya melewati tahun pertama setelah seseorang yang nyaris menjadi masa depanku, pergi begitu saja dengan membawa seluruh harapan-harapan yang sudah menjadi bangkai.

Tahun tahun berikutnya, menjadi tahun yang juga tak kalah menyedihkan. Aku seperti lahir kembali menjadi manusia naif yang tak bisa lagi membedakan mana kehadiran yang tulus, dengan yang berakal bulus. Semua terlihat sama-sama mulus. Semua terlihat tanpa jurus. Hingga akhirnya aku tersadar dari bius. Aku tidak bisa lagi percaya pada bahagia, segalanya terlihat semu.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Sampai tiba-tiba, hatiku yang semula beku dan kelu, mulai luluh dan akhirnya lebur, oleh seseorang yang hadir dengan kisah hidup yang kupikir bisa mengimbangi rasa perihku. Besar harapan, bahwa segala rasa yang tercipta dapat menjadi penawar yang tepat untuk segala getir dan segala perih. Supaya aku tidak lagi merasa ditertawai oleh dunia tiap kali mereka sadar akan kepalsuan bahagiaku. 

Berawal dari saling bertukar candaan dan kisah hidup, berakhir dengan rasa yang saling melengkapi. Meski sempat hadir dengan luka yang nyaris serupa, namun pada akhirnya ia mampu buktikan bahwa kesempatan kedua adalah kunci pintu sebuah rumah. Dan sekalinya ia menyadari bahwa rumahnya adalah aku, ia tidak lagi berniat pergi dan sama sekali tidak ingin menjadi pecundang yang sama dengan masalaluku.

Dan hal yang paling ku syukuri ketika bersamanya adalah karena ia sangat mensyukuri kehadiranku dalam hidupnya. Dan ia menjadi sebenar-benarnya penawar dari sekian banyak hal-hal menyakitkan dalam hidup di masa-masa yang lalu. 

Dan cincin yang melingkar di jari manisku, membuat rasa perih sebelumnya menjadi samar dan semakin pudar. Kini, ia mendekapku dengan segala kebahagian yang tak lagi semu, erat dan tak tersekat.

 

Aku mencintaimu dengan segala siap,
siap menemanimu seumur hidup,
siap menyayangimu setiap hari,
siap melengkapi tulang rusukmu.

 

J, 31 Desember 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar