Rabu, 25 April 2018

Review Buku: Then & Now (Dulu & Sekarang) #Part 2

 

Judul Buku : Then & Now (Dulu & Sekarang)
Pengarang : Arleen A
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Diterbitkan, pertama kali : Jakarta, 2017
Cover Design : Martin DIma
Editor : Dini Novita Sari
Tebal : 344 Halaman, 20 cm
ISBN : 978-602-03-5128-5

Sinopsis :

Ruita
Gadis dari suku telinga pendek. Ia tidak menyukai suku telinga panjang, apalagi kalau harus bekerja pada mereka. Tapi lalu ia melihat mata itu, mata seorang lelaki suku telinga panjang yang sorotnya seolah dapat melihat kedalaman hati Ruita.

Atamu
Ia tidak pernah menyangka akan jatuh hati pada gadis dari suku lain yang lebih rendah derajatnya. Tapi apalah arti kekuatan lelkau berusia enam musim panas bila dihadapkan pada akhir yang lama tertulis sebelum dunia diciptakan?

Rosetta
Ia punya segalanya, termasuk kekasih yang sempurna. Tapi ketika dilamar, ia menolak tanpa tahu alasannya. Ia hanya tahu hatinya menantikan orang lain, seseorang yang belum dikenalnya.

Andrew
Ia hanya punya enam bulan untuk mencari calon istri, tapi ia tak tahu dari mana harus memulai sampai ia melihat seorang gadis berambut merah. Dan begitu saja, ia tahu ia akan melakukan apa pun untuk mendapatkan gadis itu.

Ini kisah cinta biasa: tentang dua pasang kekasih yang harus berjuang demi cinta. Namun, bukankah tidak pernah ada kisah cinta yang biasa?

Kata orang, cinta tidak mengenal apapun. Tidak tempat, tidak juga waktu.

Didalam novel ini, ada dua plot cerita yang menceritakan kisah percintaan di dua waktu berbeda; dulu dan sekarang. Di blog sebelumnya, aku sudah mengulas cerita pada waktu dulu; kisah cinta Atamu dan Ruita, tentang cinta mereka yang sangat luar biasa. (baca: Then & Now (Dulu & Sekarang) #Part 1) Dan sekarang, aku akan mengulas tentang cerita pada waktu sekarang, yang didalamnya menceritakan tentang kisah cinta Rosetta dan Andrew.

“Sebenarnya apa sih ukuran besar kecilnya cinta? Yang selalu kau gembor-gemborkan besar itu sebenarnya sebesar apa? Apakah cinta punya ukuran seperti baju S, M, L?” 
(Page of 162)

Cerita dimulai ketika Rosetta menolak pertunangannya dengan Henry. Entah apa yang sebenarnya sedang dicari olehnya ketika ia menolak ajakan pertunangan seorang Henry—anak dari keluarga terpandang yang memiliki banyak usaha. Dan Henry pun juga sukses dengan salah satu perusahaan keluarga yang dipimpinnya. Sungguh, Henry adalah gambaran the perfect gentlemen. Orangtua mereka pun saling kenal dalam dunia bisnis. Lalu, kurang apalagi? Hanya saja Rosetta meyakini bahwa bukan cinta seperti yang Henry beri, yang ia butuhkan. Lalu cinta yang seperti apa?

Andrew adalah cucu dari seorang kakek yang sukses dengan usaha ritelnya. Andrew menjadi satu-satunya harapan sang kakek karena hanya Andrew yang tersisa sebagai darah dagingnya, setelah anaknya—Ayah dari Andrew, meninggal. Ini menjadi sebuah tekanan bagi Andrew, karena apapun yang sudah Andrew lakukan, tetap menjadi sesuatu yang tidak cukup baik dimata sang kakek. Lalu ketika sang kakek mengambil satu-satunya barang yang paling berharga milik Andrew, ia bersikeras untuk dapat hidup sendiri dengan usaha kerasnya. Berkerjalah ia di sebuah Hotel—milik keluarga Rosetta.

Lalu, mereka saling jatuh cinta dengan cara yang sederhana. Sebuah tatapan mata yang membuat keduanya merasa saling menemukan satu sama lain. Meski jalan untuk menuju akhir, tak sesederhana ketika  mereka saling jatuh cinta.

Konflik yang disuguhkan, sangat pas dan tidak berlebihan. Aku bisa merasakan kebahagiaan Rosetta dan Andrew ketika mereka saling jatuh cinta. Aku ikut merasakan kemarahan yang Rosetta rasakan ketika Henry muncul kembali dan membawakan berita tersebut. Aku ikut merasakan hancurnya Andrew ketika pernikahannya dibatalkan oleh Rosetta. Dan, ikut merasakan sakitnya sebuah penyesalan yang dirasakan oleh Rosetta.

Sayangnya, aku disuguhkan oleh penutup yang kurang pas. Seperti terburu-buru dan akhirnya muncullah komentar “Yah, kok endingnya gini? Cepet banget abisnya.” Karena proses ketika Rosetta kembali dari Bali, sampai dimana ia berhasil menemukan Andrew, rasanya sangat banyak sekali hari yang di skip. Dan aku kurang bisa menikmati moment-moment pencarian Rosetta dalam menemukan Andrew. Meski aku ikut merasakan keputusasaannya ketika Rosetta menunggu sebuah pesan dari Andrew.

Dan aku menemukan satu kalimat yang sepertinya salah, “Aku tidak tahu. Setelah menerima pesan dari *Andrew aku mencarimu di Grimson. Setiap hari aku menunggumu, tapi kau tidak ada disana. Jadi aku mencoba mencarimu di Grimson dan di sini. Bukankah suatu hari aku pasti akan menemukanmu juga?” Tanyaku. Kalimat ini ada pada halaman 279, dan sedang menggunakan sudut pandang dari Andrew. Kalau yang kubaca, seharusnya Andrew menerima pesan dari Richard. (mohon dikoreksi)

Juga typo pada kata “bukankan” yang seharusnya “bukankah” pada halaman 319, pada kalimat “Bukankan terkadang jika kau melihat sesuatu dari jarak yang terlalu dekat, semuanya malah tampak kabur dan buram?”

Secara keseluruhan, aku menyukai cerita ini.

Quote-able :
“Dan setiap kali melihatnya, aku  merasakan sesuatu yang menakjubkan memenuhi hatiku. Dan selama sisa hari itu langit terlihat lebih biru, makan siangku terasa lebih nikmat, dan aku jadi sering tersenyum tanpa sebab. Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta?”
(Page of 189-190)

“Jadi rupanya begini rasanya jatuh cinta. Dan mungkin karena ini rahasia, jadi terasa lebih ajaib lagi. Akhirnya ada sesuatu dalam hidupku yang tidak membosankan, tidak terprediksi.”
(Page of 219)

“Lagu itu adalah perasaanku sewaktu melihatnya, sewaktu melihat senyumnya,
sewaktu merasakannya berdiri dekat denganku.” 
(Page of 226)

“Bukankan terkadang jika kau melihat sesuatu dari jarak yang terlalu dekat,
semuanya malah tampak kabur dan buram?”
(Page of 319)

1 komentar: